August 13, 2021 | Other Activities
Penulis : Andrew Donda Munthe
(Statistisi Ahli Muda BPS Kota Kupang/Alumnus Sekolah Pascasarjana IPB Bogor)
Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-76 bulan Agustus ini masih dalam suasana “genting” wabah virus Covid-19. Banyak wilayah yang harus melakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 dan Level 4. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian masyarakat, termasuk juga masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Lalu bagaimana kondisi terkini perekonomian di provinsi yang dijuluki bumi Flobamora ini?
Sebelum mengulas tentang kondisi perekonomian NTT, ada baiknya kita mencermati terlebih dahulu apa yang terjadi di level nasional. Hasil rilis Badan Pusat Statistik (5/8/2021), menyatakan bahwa pada triwulan II 2021 perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 7,07 persen.
Pertumbuhan tersebut dilihat dari perbandingan triwulan II 2021 dan triwulan II 2020 (year on year). Kondisi ini menunjukkan adanya perbaikan kondisi perekonomian di negeri ini. Periode yang sama tahun lalu ketika Covid-19 masuk ke Indonesia, pertumbuhan ekonomi terkontraksi (minus) sebesar 5,32 persen (year on year).
Secara nasional, ada beberapa lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan secara signifikan. Pertumbuhan sektor-sektor tersebut tentunya menjadi pendorong perekonomian Indonesia pada triwulan II 2021 bisa “melonjak”. Lapangan usaha yang dimaksud adalah Transportasi dan Pergudangan (25,10 persen) serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (21,58 persen). Sementara itu, lapangan usaha yang dominan dalam perekonomian nasional yaitu Industri Pengolahan juga mengalami pertumbuhan sebesar 6,58 persen.
Dari sisi pengeluaran maka komponen yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Ekspor Barang dan Jasa sebesar 31,78 persen (year on year). Sedangkan komponen lainnya tumbuh antara 4 – 8 persen. Komponen Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga tumbuh 4,12 persen. Komponen Konsumsi Rumah Tangga tumbuh 5,93 persen. Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 7,54 persen. Sementara Komponen Konsumsi Pemerintah juga tumbuh sebesar 8,06 persen.
Gambaran Ekonomi NTT
Perekonomian NTT triwulan II 2021 tumbuh positif sejalan dengan yang terjadi di tingkat nasional. Akan tetapi tingkat pertumbuhan ekonomi di NTT masih jauh dari angka pertumbuhan Indonesia. Periode triwulan II ini dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2020, ekonomi NTT mampu tumbuh sebesar 4,22 persen (year on year).
Tumbuhnya perekonomian NTT dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi lapangan usaha dan juga sisi pengeluaran. Untuk sisi lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi di NTT adalah dari Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. Pada triwulan II 2021 ini terjadi pertumbuhan sebesar 24,86 persen.
Selanjutnya, lapangan usaha yang tumbuh secara signifikan adalah Transportasi dan pergudangan serta Jasa Perusahaan. Transportasi dan Pergudangan mengalami pertumbuhan sebesar 16,45 persen. Sedangkan Jasa Perusahaan tumbuh sebesar 9,42 persen.
Gambaran perekonomian NTT dapat pula dilihat dari sisi pengeluaran. Pertumbuhan tertinggi pada triwulan II 2021 berasal dari komponen Konsumsi Lembaga Non Profit Yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT). Pertumbuhannya mencapai 11,79 persen (year on year). Hal ini terjadi karena pada periode triwulan II 2021 terjadi badai Seroja di sebagian besar wilayah NTT. Hal ini membuat pengeluaran dari berbagai LNPRT menjadi sangat besar pada triwulan II 2021. LNPRT yang dimaksud seperti lembaga sosial, lembaga keagamaan, partai politik, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan lembaga non profit lainnya yang melayani masyarakat di NTT.
Komponen pengeluaran yang lain juga mengalami pertumbuhan positif. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah bertumbuh sebesar 5,26 persen. Pengeluaran dari komponen ini lebih banyak digunakan untuk pendanaan dalam rangka penanganan Covid-19 di berbagai wilayah di NTT. Selanjutnya pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga juga tumbuh sebesar 2,37 persen. Komponen lain dari sisi pengeluaran yang mengalami pertumbuhan positif adalah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) yang tumbuh sebesar 2,13 persen.
Sejumlah ekonom memang sudah memperkirakan bahwa triwulan II ini pertumbuhan ekonomi membaik. Penyebab utamanya ada beberapa faktor. Pertama, Indonesia memang sedang dalam tren pemulihan ekonomi. Kedua, konsumsi rumah tangga pada triwulan ini tetap besar karena fenomena konsumsi/belanja hari raya Idul Fitri (Lebaran). Ketiga, penyaluran bantuan sosial (bansos) oleh pemerintah yang juga ikut mendorong tingkat konsumsi masyarakat.
Permasalahannya sekarang adalah memasuki triwulan III ini kasus Covid19 kembali melonjak. Langkah antisipasi yang diambil pemerintah dengan melakukan PPKM Darurat yang kemudian dilanjutkan dengan PPKM Level 3 dan Level 4. Hingga saat ini status PPKM tersebut masih diperpanjang di wilayah-wilayah tertentu yang kasus terpapar Covid19 masih tinggi.
Pelaksanaan PPKM tentu mempengaruhi aktivitas berbagai elemen masyarakat dalam menggerakkan roda perekonomian. Berbagai sektor kembali terpuruk. Pada akhirnya, ekonomi kita di Triwulan III bisa saja kembali “lesu”.
Optimisme Kebangkitan Ekonomi
Apabila kasus masyarakat yang terpapar covid19 masih tinggi maka pelaksanaan PPKM masih akan terus pemerintah jalankan. Hal ini tentu berpengaruh pada terbatasnya mobilitas masyarakat dan rendahnya daya beli karena pendapatan yang menurun. Pada akhirnya, tingkat penggangguran meningkat diiringi pula dengan naiknya tingkat kemiskinan.
Kondisi tersebut tentu tidak kita inginkan. Tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan akan berefek pada meningkatnya tingkat kriminalitas. Orang yang tidak punya pekerjaan dan tidak punya penghasilan harus tetap makan untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Jalan yang akhirnya dipilih untuk memenuhi kebutuhan “perut” adalah dengan melakukan tindakan melanggar hukum. Pemulihan ekonomi adalah jawaban agar kondisi demikian bisa dihindari.
Pemerintah harus terus mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan PPKM. Idealnya pelaksanaan PPKM akan menurunkan kasus masyarakat yang terpapar Covid19. Akan tetapi di sisi lain ada kegiatan usaha yang sementara “tutup” atau tidak berjalan optimal selama masa PPKM. Pekerja informal maupun pengusaha skala mikro kecil bahkan menengah besar juga perlu penanganan “ekstra”. Penyaluran bansos yang tepat sasaran. Keringanan pajak serta relaksasi pinjaman merupakan bentuk “perhatian” yang dibutuhkan.
Kesehatan masyarakat menjadi prioritas utama sembari mengawal roda perekonomian masyarakat dapat terus berputar. Salah satu yang perlu menjadi perhatian pemerintah adalah terkait dengan optimalisasi kegiatan vaksinasi. Jika kegiatan itu terselenggara dengan optimal maka akan tercipta kekebalan kelompok dalam menghadapi virus Covid19.
Vaksinasi memang tidak menjadikan kita bebas dari terpaparnya virus Covid19. Kita masih berpeluang untuk terpapar virus Covid19 tapi tubuh kita bisa lebih siap menghadapinya. Vaksin membantu kita bertahan dari ancaman kematian akibat virus berbahaya ini. Mereka yang terpapar virus ini pun mampu sembuh lebih cepat dengan gejala yang relatif ringan jika terpapar.
Menjalankan protokol kesehatan (prokes) menjadi hal yang harus terus menerus dilakukan secara konsisten. Tubuh yang sehat membuat berbagai aktivitas ekonomi bisa berjalan baik. Tanpa itu semua maka kita akan terus berada dalam pusaran penularan Covid19. Kesehatan terganggu, kematian mengancam.
Jaga diri, jaga keluarga, jaga lingkungan dengan tetap menjalankan prokes Covid19 dalam berbagai aktivitas. Dengan demikian maka pemulihan masyarakat dari wabah Covid19 bisa lebih cepat terealisasi. Indonesia pulih, Ekonomi bangkit. Bukankah itu menjadi harapan kita semua?
**) Terbit di Rubrik OPINI Pos Kupang, 13 Agustus 2021BPS-Statistics Indonesia
Badan Pusat Statistik Kota Kupang (Statistics of Kupang Municipality) Jl. Frans Seda Kayu Putih Oebobo Kota Kupang
Telp. (0380) 824432 Mailbox : bps5371@bps.go.id
About Us